INCEST
Sunday 27 May 2012
Anakku sarana pelampiasanku
Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak sulungku itu.
Benih papa mertua
Ini berawal saat ibunya sakit dan harus masuk rumah sakit dan Paul
harus terbang ke luar kota untuk urusan bisnis yang amat penting. Paul
tadinya tak setuju saat Emma meminta papanya, Jack, agar menginap di
rumah mereka untuk sementara untuk menemaninya pergi ke rumah sakit,
mengatakan padanya bagaimana hal itu akan mengganggu pikirannya karena
dia adalah titik penting dalam negosiasi kali ini.
Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu papanya ada 'perasaan lain' pada Emma istrinya. Emma merasa sangat marah pada Paul, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu. Bukan hanya kali ini Paul meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya.. Dan dia tahu dia akan membuat Paul membayar sikapnya yang menjengkelkan itu.
Ketika itu terjadi, Jack tiba pada hari sebelum Paul terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya. Dia tidak membiarkan kedatangan Jack mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan papanya bersama Emma tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Emma harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Jack dengan secangkir teh yang menyenangkan..
Dia bisa katakan dari perhatian Jack yang ditunjukkannya pada kunjungan itu. Mata Jack berbinar saat dia tahu Paul akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Emma sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Emma sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Emma, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.
Emma tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.
Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Emma menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.
"Aku harus pergi dan mandi.. Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti".
"Oh bisakah Papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika Papa tidak keberatan."
Emma mau tak mau nanti akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Jack pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya.
Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk Papa mertuanya, Paul bisa protes padanya jika dia ingin. Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu 'intim' saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Emma meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.
"Aku menemukan salah satu jubah mandi Paul untuk Papa" dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya. Di dalam cahaya yang remang-remang Emma dapat melihat pantatnya yang atletis.
Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat TV. Dan setelah dua gelas wine lagi, Emma tahu dia akan mendorong 'keinginan' manapun yang Jack ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Paul, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya. Mau tak mau Emma meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Jack sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Emma yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi. Jack akan dikejutkan nantinya jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar..
Besok adalah hari ulang tahun Emma, dan Paul lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Emma kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang. Kenyataannya bahwa Jack tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.
"Oh Papa.. Papa seharusnya tidak perlu.. Ini indah sekali"
"Tentu saja aku harus.. Tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik cintaku.. Sini biarku kupasangkan untukmu"
"Ohh Papa!"
Emma merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya. Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Jack tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Emma yang menyenangkan.
"Oh.. Apa rantainya kepanjangan?" ia berharap, menatap kalung yang melingkar di atas dada lezatnya.
"Tidak Pa.. Ini menyenangkan" dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.
"Oh terima kasih banyak.."
Emma menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Jack menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua.
"Selamat ulang tahun sayang" katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.
"Oh terimakasih Papa"
Emma menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya 'bermalas-malasan' terhadapnya. Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Paul meneleponnya untuk mengucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Paul ingin bicara pada papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal. Mata Emma tertuju pada Jack saat dia menenteramkan hati putranya di telepon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun..
"Aku sangat suka ini Pa.." Emma tersenyum ketika telepon dari Paul berakhir. Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.
"Apa kamu pikir ini cocok untukku?"
"Mm oh ya.." dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezatnya, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh.
Emma secara terbuka mempresentasikan payudaranya untuk kekasihnya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.
"Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya" dia tersenyum.
Nafas Emma yang memburu adalah nyata ketika tangan kekasihnya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat kekasihnya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang. Dia akan bercinta dengan Papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti.
Emma bisa melihatnya sekarang kalau 'pertunjukannya' yang nakal telah memberi efek pada gairah kekasihnya. Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan kekasihnya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.
"Kamu sudah cukup merayuku.. Kamu nakal!" Emma tersenyum pada kata-kata terakhirnya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan itu berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain. Emma merasa tali jubahnya mengendur, dan Jack segera merasakan hal yang sama.
"Oh Jack.. Kita tidak boleh" dia menjauh dari kekasihnya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.
"Ohh Emma.. Aku tahu.. Tapi kita harus" dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaannya yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya. Detak jantung Emma bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolannya menghentak lebih tinggi ke udara saat kekasihnya memandang bagian paling intimnya.
"Oh Jack sayang.." desahnya pelan saat kekasihnya memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolannya yang sangat besar di bagian bawahnya. Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang.. Dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.
"Emma cintaku.. Betapa lamanya aku menginginkanmu.." katanya saat ia menggapai paha Emma.
"Oh Jack.. Seandainya aku tahu.. Setiap kali Paul bercinta denganku aku membayangkan itu adalah kamu yang di dalamku.. Papa termanis.. Apakah aku terlalu jahat untuk katakan hal seperti itu?"
"Tidak kekasihku.." jawabnya, mencium lehernya dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi untuk agar tangannya dapat memegang payudaranya. Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu..
"Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?"
"Oh Jack.. Ya.. Papa" erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penisnya.
"Aku sangat menginginkannya"
"Oh Emma.. Kekasihku, apakah ini yang kamu ingin?" dia mengerang, memegang jarinya di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.
"Oh ya Papa.. Penismu.. Aku ingin penis Papa di dalamku"
"Sayangku yang manis.. Apa kamu menginginkannya di sini?" kekasihnya melenguh, menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah itu, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat. Emma hampir merintih ketika dia menatap mata kekasihnya.
"Mm penis Papa di dalam vaginaku"
"Ahh anak manisku tercinta" Emma menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanannya yang terbakar, membuat kekasihnya merasa ngeri dengan kegembiraan.
"Kamu ingin jadi nakal kan Pa.. Kamu ingin orgasme di dalamku" Emma menggoda, meninggalkan pembesaran tonjolan yang bagus, dan mengalihkan perhatiannya kepada buah zakarnya yang membengkak.
Sekarang adalah giliran kekasihnya untuk menutup matanya dengan gairah yang mengagumkan.
"Kamu ingin meletakkan spermamu di dalam istri putramu.. Kamu ingin melakukan itu di dalam vagina gadis kecilmu"
Dia hampir menembakkannya bahkan waktu Emma menggodanya, tetapi entah bagaimana menahan ombak klimaksnya, dan mengembalikannya pada Emma, keduanya sekarang saling memegang pinggang satu sama lainnya.
"Dan kamu ingin benih Papa di dalam kandunganmu kan.. Dalam kandunganmu yang dahaga.. Membuat seorang bayi kecil di dalam kandungan suburmu" dia tidak bisa semakin dekat kepada tanda untuknya.. Emma telah memimpikan kekasihnya memberinya seorang anak, Emma gemetar dan menggigit bibirnya saat jari tangan kekasihnya diselipkan di dalam saluran basahnya.
"Papa.. Oh ya.. Ya.. Tolong.. Aku sangat menginginkannya.."
Paul belum pernah punya keinginan membicarakan tentang hal itu.. Emma tidak benar-benar mengetahui apakah dia ingin seorang anak, sekalipun begitu pemikiran itu menjadi sebuah gairah yang luar biasa. Bibirnya menemukannya lagi, dan tenggelam dalam gairahnya, lidah mereka melilit lagi dengan bebas tanpa kendali yang sedemikian manis.
Emma membiarkan jubahnya terbuka seluruhnya sekarang, menekankan payudaranya secara lembut melawan dada berototnya, perasaan geli membuat cairannya lebih berlimpah. Jantungnya terisi dengan kenikmatan dan antisipasi, pada pikiran bahwa dia menginginkan dirinya.. Bahwa seluruh gairah Emma akan terpenuhi dengan segera.
"Oh gadis manisku yang jahat" lenguhnya saat bibir Emma menggodanya.
"Aku akan pergi sebentar" dia tersenyum dengan mengundang saat dia menoleh ke belakang dari pintu.
"Jangan pergi" Emma melangkah ke lantai atas, jubahnya berkibar di sekitarnya lagi saat dia memandangnya.
Emma tidak perlu merasa cemas, suaminya sedang berada jauh di sana dengan segala egoisme kesibukannya, dan Emma mengenal bagaimana kebiasaanya. Jantung Emma dilanda kegembiraan lebih ketika dia melepaskan jubahnya dan berjalan menuju dia.. Pada Papa mertuanya.. Telanjang dan siap untuk menyerahkan dirinya seluruhnya kepada kekasihnya.
Ketika dia mendengar langkah kaki Emma pada tangga, dia lalu keluar dari jubahnya dan sekarang berlutut di atas permadani di depan perapian, menghadapinya ketika dia masuk, ereksinya semakin besar dalam posisi demikian. Emma berlutut di depannya, tangannya memegang obyek hasratnya, yang berdenyut sekilas, lembut dan demikian panas dalam sentuhannya. Matanya terpejam dalam kenikmatan murni saat Emma berlutut dan mencium ujung merah delima itu, matanya terbuka meresponnya, dan mengirim beberapa tetesan cairan lezat kepada lidah penggemarnya. Kekasihnya mengelus payudaranya dan menggoda puting susunya yang gemuk itu.
"Aku sudah siap Pa.. Malam ini seutuhnya milikmu"
"Emma sayang, kamu indah sekali.." kekasihnya memujinya dan dia tersenyum dengan bangga.
"Oh Papa.. Kumohon. Aku sangat menginginkannya.. Aku ingin benihmu di dalamku"
"Sepanjang malam cintaku.." kekasihnya tersenyum, rebah bertumpu pada sikunya lalu menyelipkan tangannya diantara paha Emma.
"Kita berbagi tiap momen"
Emma rebahan pada punggungnya, melebarkan lututnya membiarkan jari kekasihnya berada di dalam rendaman vulvanya.
"Ohh mm Papa sayang.." Emma melenguh saat jari kekasihnya merangsang tunas kesenangannya tanpa ampun.
"Mm betapa aku sangat memuja perempuan kecilku.." Kekasihnya menggodanya ketika wajahnya menggeliat di puncak kesenangan.
"Ohh Papa.. Rasakan bagaimana basahnya aku untukmu"
"Apa anakku yang manis sudah basah untuk penis Papa? Mm penis Papa di dalam vagina panas gadis kecilnya.. Penis besar Papa di dalam vagina gadisnya yang panas, vagina basah.." kata-katanya diiringi dengan tindakan saat dia bergerak di antara pahanya, tongkatnya berdenyut dengan bernafsu saat dia mempersiapkan lututnya.
"Setubuhi aku Pa.. Masukkan penismu ke dalamku"
"Sayang.. Emma yang nakal.. Buka vaginamu untuk penis Papa" tangan mereka memandu, kejantanannya membelah masuk kewanitaannya.
"Papa.. Yang besar.. Itu penuh untukku kan?"
"Ya putriku manis.. Sperma yang penuh untuk kandunganmu.. Apa kamu akan membuat Papa melakukan itu di dalam tubuhmu?"
"Ahh ya Papa.. Aku akan membuatmu menembakkannya semua ke dalam tubuhku.. Ahh ahh ahh"
Emma mulai menggerakkan pinggangnya.. Takkan menghentikan dirinya saat dia membayangkan itu. Mata mereka saling bertemu dalam sebuah kesenangan yang sempurna, mereka bergerak dengan satu tujuan, yang ditetapkan oleh kata-katanya.
"Papa akan menembakkan semuanya ke dalam kandunganmu yang subur.. Sperma Papa akan membuat bayi di dalam kandunganmu Emma sayang" tangan kekasihnya mengayun pantatnya sekarang saat dia mulai menusuk lebih dalam, matanya menatap kekasihnya ketika dia menarik pantatnya yang berotot, mendorong lebih lanjut ke dalam tubuhnya.. Memberinya hadiah yang sangat berharga.
Penis besarnya menekan dalam dan panjang, buah zakarnya yang berat menampar pantatnya saat dia mendorong ke dalam kandungannya. Dia tidak bisa menolong, hanya melihatnya, setiap gerakan mereka yang mendatangkan nikmat.. Membayangkan waktunya akan segera datang.. Memancar dari kekasihnya.. Berenang di dalam dirinya.. Membuatnya mengandung anaknya. Dia menggelinjang saat kekasihnya menyusu pada puting susunya yang diremas keras, tangan besarnya meremas payudaranya bersama-sama saat dia mengocoknya berulang-ulang.
"Ohh Papa.. Penis besarmu membuatku orgasme.. Oohh" dia berteriak, menaikkan lututnya setinggi yang dia bisa untuk memaksanya lebih dalam ke bagian terdalam vaginanya. Kekasihnya menghentak lebih cepat, meremas pantatnya untuk membuat sebuah lingkaran yang ketat pada vaginanya.. Momen yang sempurna mendekat dengan cepat saat dia menatap mata kekasihnya.
"Emma sayang.. Papa juga keluar.."
"Mm shh" Emma memperlambat gerakan kekasihnya, menenangkannya ketika waktunya datang..
"Aku ingin menahanmu saat kamu keluar.. Saat kamu memompa benihmu ke dalam tubuhku"
"Oh sayang.. Ya gadis manisku.. Tahan aku saat kukeluarkan spermaku ke dalam kandunganmu"
Dia merasa itu membesar di dalam cengkramannya, urat gemuk penisnya siap untuk berejakulasi, dan kemudian menghentak dengan liar, dan dengan masing-masing semburan yang dia rasa pancarannya yang kuat menghantam dinding kewanitaannya, membasahi hamparan ladangnya yang haus kekeringan. Bibir mereka bertemu dalam lilitan sempurna, tangisan Emma membanjiri kekasihnya kala kekasihnya menyembur dengan deras ke dalamnya. Punggung Emma melengkung, mencengkeram penisnya sangat erat saat ombak kesenangan menggulungnya. Dia ingin menahannya di sana untuk selamanya..
"Ohh Ohh aahh.. Papa melakukannya.. Isi aku.. Aahh" jantung mereka berdegup sangat keras ketika mereka berbaring bersama, terengah-engah, sampai mereka bisa berbicara.
"Oh Tuhan, Emma.. Aku sangat menginginkanmu.."
Dan untuk beberapa hari ke depan, tak ada sepatah katapun yang sanggup melukiskan momen itu..
TAMAT
Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu papanya ada 'perasaan lain' pada Emma istrinya. Emma merasa sangat marah pada Paul, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu. Bukan hanya kali ini Paul meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya.. Dan dia tahu dia akan membuat Paul membayar sikapnya yang menjengkelkan itu.
Ketika itu terjadi, Jack tiba pada hari sebelum Paul terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya. Dia tidak membiarkan kedatangan Jack mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan papanya bersama Emma tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Emma harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Jack dengan secangkir teh yang menyenangkan..
Dia bisa katakan dari perhatian Jack yang ditunjukkannya pada kunjungan itu. Mata Jack berbinar saat dia tahu Paul akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Emma sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Emma sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Emma, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.
Emma tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.
Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Emma menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.
"Aku harus pergi dan mandi.. Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti".
"Oh bisakah Papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika Papa tidak keberatan."
Emma mau tak mau nanti akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Jack pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya.
Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk Papa mertuanya, Paul bisa protes padanya jika dia ingin. Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu 'intim' saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Emma meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.
"Aku menemukan salah satu jubah mandi Paul untuk Papa" dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya. Di dalam cahaya yang remang-remang Emma dapat melihat pantatnya yang atletis.
Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat TV. Dan setelah dua gelas wine lagi, Emma tahu dia akan mendorong 'keinginan' manapun yang Jack ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Paul, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya. Mau tak mau Emma meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Jack sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Emma yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi. Jack akan dikejutkan nantinya jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar..
Besok adalah hari ulang tahun Emma, dan Paul lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Emma kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang. Kenyataannya bahwa Jack tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.
"Oh Papa.. Papa seharusnya tidak perlu.. Ini indah sekali"
"Tentu saja aku harus.. Tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik cintaku.. Sini biarku kupasangkan untukmu"
"Ohh Papa!"
Emma merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya. Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Jack tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Emma yang menyenangkan.
"Oh.. Apa rantainya kepanjangan?" ia berharap, menatap kalung yang melingkar di atas dada lezatnya.
"Tidak Pa.. Ini menyenangkan" dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.
"Oh terima kasih banyak.."
Emma menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Jack menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua.
"Selamat ulang tahun sayang" katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.
"Oh terimakasih Papa"
Emma menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya 'bermalas-malasan' terhadapnya. Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Paul meneleponnya untuk mengucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Paul ingin bicara pada papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal. Mata Emma tertuju pada Jack saat dia menenteramkan hati putranya di telepon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun..
"Aku sangat suka ini Pa.." Emma tersenyum ketika telepon dari Paul berakhir. Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.
"Apa kamu pikir ini cocok untukku?"
"Mm oh ya.." dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezatnya, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh.
Emma secara terbuka mempresentasikan payudaranya untuk kekasihnya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.
"Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya" dia tersenyum.
Nafas Emma yang memburu adalah nyata ketika tangan kekasihnya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat kekasihnya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang. Dia akan bercinta dengan Papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti.
Emma bisa melihatnya sekarang kalau 'pertunjukannya' yang nakal telah memberi efek pada gairah kekasihnya. Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan kekasihnya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.
"Kamu sudah cukup merayuku.. Kamu nakal!" Emma tersenyum pada kata-kata terakhirnya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan itu berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain. Emma merasa tali jubahnya mengendur, dan Jack segera merasakan hal yang sama.
"Oh Jack.. Kita tidak boleh" dia menjauh dari kekasihnya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.
"Ohh Emma.. Aku tahu.. Tapi kita harus" dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaannya yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya. Detak jantung Emma bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolannya menghentak lebih tinggi ke udara saat kekasihnya memandang bagian paling intimnya.
"Oh Jack sayang.." desahnya pelan saat kekasihnya memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolannya yang sangat besar di bagian bawahnya. Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang.. Dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.
"Emma cintaku.. Betapa lamanya aku menginginkanmu.." katanya saat ia menggapai paha Emma.
"Oh Jack.. Seandainya aku tahu.. Setiap kali Paul bercinta denganku aku membayangkan itu adalah kamu yang di dalamku.. Papa termanis.. Apakah aku terlalu jahat untuk katakan hal seperti itu?"
"Tidak kekasihku.." jawabnya, mencium lehernya dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi untuk agar tangannya dapat memegang payudaranya. Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu..
"Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?"
"Oh Jack.. Ya.. Papa" erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penisnya.
"Aku sangat menginginkannya"
"Oh Emma.. Kekasihku, apakah ini yang kamu ingin?" dia mengerang, memegang jarinya di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.
"Oh ya Papa.. Penismu.. Aku ingin penis Papa di dalamku"
"Sayangku yang manis.. Apa kamu menginginkannya di sini?" kekasihnya melenguh, menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah itu, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat. Emma hampir merintih ketika dia menatap mata kekasihnya.
"Mm penis Papa di dalam vaginaku"
"Ahh anak manisku tercinta" Emma menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanannya yang terbakar, membuat kekasihnya merasa ngeri dengan kegembiraan.
"Kamu ingin jadi nakal kan Pa.. Kamu ingin orgasme di dalamku" Emma menggoda, meninggalkan pembesaran tonjolan yang bagus, dan mengalihkan perhatiannya kepada buah zakarnya yang membengkak.
Sekarang adalah giliran kekasihnya untuk menutup matanya dengan gairah yang mengagumkan.
"Kamu ingin meletakkan spermamu di dalam istri putramu.. Kamu ingin melakukan itu di dalam vagina gadis kecilmu"
Dia hampir menembakkannya bahkan waktu Emma menggodanya, tetapi entah bagaimana menahan ombak klimaksnya, dan mengembalikannya pada Emma, keduanya sekarang saling memegang pinggang satu sama lainnya.
"Dan kamu ingin benih Papa di dalam kandunganmu kan.. Dalam kandunganmu yang dahaga.. Membuat seorang bayi kecil di dalam kandungan suburmu" dia tidak bisa semakin dekat kepada tanda untuknya.. Emma telah memimpikan kekasihnya memberinya seorang anak, Emma gemetar dan menggigit bibirnya saat jari tangan kekasihnya diselipkan di dalam saluran basahnya.
"Papa.. Oh ya.. Ya.. Tolong.. Aku sangat menginginkannya.."
Paul belum pernah punya keinginan membicarakan tentang hal itu.. Emma tidak benar-benar mengetahui apakah dia ingin seorang anak, sekalipun begitu pemikiran itu menjadi sebuah gairah yang luar biasa. Bibirnya menemukannya lagi, dan tenggelam dalam gairahnya, lidah mereka melilit lagi dengan bebas tanpa kendali yang sedemikian manis.
Emma membiarkan jubahnya terbuka seluruhnya sekarang, menekankan payudaranya secara lembut melawan dada berototnya, perasaan geli membuat cairannya lebih berlimpah. Jantungnya terisi dengan kenikmatan dan antisipasi, pada pikiran bahwa dia menginginkan dirinya.. Bahwa seluruh gairah Emma akan terpenuhi dengan segera.
"Oh gadis manisku yang jahat" lenguhnya saat bibir Emma menggodanya.
"Aku akan pergi sebentar" dia tersenyum dengan mengundang saat dia menoleh ke belakang dari pintu.
"Jangan pergi" Emma melangkah ke lantai atas, jubahnya berkibar di sekitarnya lagi saat dia memandangnya.
Emma tidak perlu merasa cemas, suaminya sedang berada jauh di sana dengan segala egoisme kesibukannya, dan Emma mengenal bagaimana kebiasaanya. Jantung Emma dilanda kegembiraan lebih ketika dia melepaskan jubahnya dan berjalan menuju dia.. Pada Papa mertuanya.. Telanjang dan siap untuk menyerahkan dirinya seluruhnya kepada kekasihnya.
Ketika dia mendengar langkah kaki Emma pada tangga, dia lalu keluar dari jubahnya dan sekarang berlutut di atas permadani di depan perapian, menghadapinya ketika dia masuk, ereksinya semakin besar dalam posisi demikian. Emma berlutut di depannya, tangannya memegang obyek hasratnya, yang berdenyut sekilas, lembut dan demikian panas dalam sentuhannya. Matanya terpejam dalam kenikmatan murni saat Emma berlutut dan mencium ujung merah delima itu, matanya terbuka meresponnya, dan mengirim beberapa tetesan cairan lezat kepada lidah penggemarnya. Kekasihnya mengelus payudaranya dan menggoda puting susunya yang gemuk itu.
"Aku sudah siap Pa.. Malam ini seutuhnya milikmu"
"Emma sayang, kamu indah sekali.." kekasihnya memujinya dan dia tersenyum dengan bangga.
"Oh Papa.. Kumohon. Aku sangat menginginkannya.. Aku ingin benihmu di dalamku"
"Sepanjang malam cintaku.." kekasihnya tersenyum, rebah bertumpu pada sikunya lalu menyelipkan tangannya diantara paha Emma.
"Kita berbagi tiap momen"
Emma rebahan pada punggungnya, melebarkan lututnya membiarkan jari kekasihnya berada di dalam rendaman vulvanya.
"Ohh mm Papa sayang.." Emma melenguh saat jari kekasihnya merangsang tunas kesenangannya tanpa ampun.
"Mm betapa aku sangat memuja perempuan kecilku.." Kekasihnya menggodanya ketika wajahnya menggeliat di puncak kesenangan.
"Ohh Papa.. Rasakan bagaimana basahnya aku untukmu"
"Apa anakku yang manis sudah basah untuk penis Papa? Mm penis Papa di dalam vagina panas gadis kecilnya.. Penis besar Papa di dalam vagina gadisnya yang panas, vagina basah.." kata-katanya diiringi dengan tindakan saat dia bergerak di antara pahanya, tongkatnya berdenyut dengan bernafsu saat dia mempersiapkan lututnya.
"Setubuhi aku Pa.. Masukkan penismu ke dalamku"
"Sayang.. Emma yang nakal.. Buka vaginamu untuk penis Papa" tangan mereka memandu, kejantanannya membelah masuk kewanitaannya.
"Papa.. Yang besar.. Itu penuh untukku kan?"
"Ya putriku manis.. Sperma yang penuh untuk kandunganmu.. Apa kamu akan membuat Papa melakukan itu di dalam tubuhmu?"
"Ahh ya Papa.. Aku akan membuatmu menembakkannya semua ke dalam tubuhku.. Ahh ahh ahh"
Emma mulai menggerakkan pinggangnya.. Takkan menghentikan dirinya saat dia membayangkan itu. Mata mereka saling bertemu dalam sebuah kesenangan yang sempurna, mereka bergerak dengan satu tujuan, yang ditetapkan oleh kata-katanya.
"Papa akan menembakkan semuanya ke dalam kandunganmu yang subur.. Sperma Papa akan membuat bayi di dalam kandunganmu Emma sayang" tangan kekasihnya mengayun pantatnya sekarang saat dia mulai menusuk lebih dalam, matanya menatap kekasihnya ketika dia menarik pantatnya yang berotot, mendorong lebih lanjut ke dalam tubuhnya.. Memberinya hadiah yang sangat berharga.
Penis besarnya menekan dalam dan panjang, buah zakarnya yang berat menampar pantatnya saat dia mendorong ke dalam kandungannya. Dia tidak bisa menolong, hanya melihatnya, setiap gerakan mereka yang mendatangkan nikmat.. Membayangkan waktunya akan segera datang.. Memancar dari kekasihnya.. Berenang di dalam dirinya.. Membuatnya mengandung anaknya. Dia menggelinjang saat kekasihnya menyusu pada puting susunya yang diremas keras, tangan besarnya meremas payudaranya bersama-sama saat dia mengocoknya berulang-ulang.
"Ohh Papa.. Penis besarmu membuatku orgasme.. Oohh" dia berteriak, menaikkan lututnya setinggi yang dia bisa untuk memaksanya lebih dalam ke bagian terdalam vaginanya. Kekasihnya menghentak lebih cepat, meremas pantatnya untuk membuat sebuah lingkaran yang ketat pada vaginanya.. Momen yang sempurna mendekat dengan cepat saat dia menatap mata kekasihnya.
"Emma sayang.. Papa juga keluar.."
"Mm shh" Emma memperlambat gerakan kekasihnya, menenangkannya ketika waktunya datang..
"Aku ingin menahanmu saat kamu keluar.. Saat kamu memompa benihmu ke dalam tubuhku"
"Oh sayang.. Ya gadis manisku.. Tahan aku saat kukeluarkan spermaku ke dalam kandunganmu"
Dia merasa itu membesar di dalam cengkramannya, urat gemuk penisnya siap untuk berejakulasi, dan kemudian menghentak dengan liar, dan dengan masing-masing semburan yang dia rasa pancarannya yang kuat menghantam dinding kewanitaannya, membasahi hamparan ladangnya yang haus kekeringan. Bibir mereka bertemu dalam lilitan sempurna, tangisan Emma membanjiri kekasihnya kala kekasihnya menyembur dengan deras ke dalamnya. Punggung Emma melengkung, mencengkeram penisnya sangat erat saat ombak kesenangan menggulungnya. Dia ingin menahannya di sana untuk selamanya..
"Ohh Ohh aahh.. Papa melakukannya.. Isi aku.. Aahh" jantung mereka berdegup sangat keras ketika mereka berbaring bersama, terengah-engah, sampai mereka bisa berbicara.
"Oh Tuhan, Emma.. Aku sangat menginginkanmu.."
Dan untuk beberapa hari ke depan, tak ada sepatah katapun yang sanggup melukiskan momen itu..
TAMAT
Perawan Buat Adikku
Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku
sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini
aku ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku
sendiri. Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22
tahun dan adikku berusia 18 tahun. Kami adalah 3 bersaudara, kakakku
Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal
bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm
berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian
pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih
selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah.
Aku
mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak
kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan
selama itu paling jauh kami hanya melakukan petting, saling raba, saling
cium dan saling hisap. Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika
saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami
menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu
mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang
mana sebenernya aku agak jijik melakukannya.
Keseringan petting dengan
pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu ingin
disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali… entah
kenapa aku jadi ketagihan… Sampai akhirnya aku sendiri melakukannya
dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba
payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku orgasme.
Inilah kesalahan ku, aku tidak
menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku… ini aku
ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku,
kakaknya sendiri. Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John
pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka
kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang
ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku
memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan.
Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku,
aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu
kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku.
Aku membiarkannya, karena memang
tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di jalan yang jelek,
semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian
pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.
Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak
risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku. Aku sangat
terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai
akhirnya pacarku memaksakku membuka celana dalamku dan memaksaku untuk
mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu saja aku
keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk
mempertahankan keperawananku.
Dalam ketelanjanganku aku
memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah
berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan,
karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi
tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku melihat ketelanjanganku. Dan
pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.
Sejak itu, pacarku jadi jarang
ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai
teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih
mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih
padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget
ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena
memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan
tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin
merasakan tubuhku juga…?
Dia menjawab:
“Kalau
kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki” aku
sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah
pernyataan biasa, aku langsung aja tembak, “emang adik pernah nyobain
cewe?” dia bilang “ya, belum kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.
Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, aku merindukan
belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri… tapi aku tetap
tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan… sekilas aku membayangkan
adikku… lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku
mengendap-endap dan perlahan-lahan naik keatas kursi dan dari lubang
angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika
melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegang alat
vitalnya sendiri, dia melakukan onani, aku terkesima melihat ukuran
kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu
punya adikku…
Dan yang lebih kaget, di puncak
orgasmenya dia meneriakkan namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur
antar nafsu dan marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa
yang baru saja aku saksikan. Pagi harinya, libidoku sangat tinggi
sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk
mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat
dia sangat senang aku datang… ditariknya aku ke kamarnya dan kami
langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami
lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya
begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh
lebih besar darinya… sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya,
dengan terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan
mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
“Jangan diterusin, aku bisa
keluar katanya” lalu dia mulai menindihku dan dari nafasnya yang memburu
kontolnya mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel
dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung
orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.
Dia memelukku dan minta maaf
karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku sangat
kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf,
aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya tanpa ada rasa ngga
enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru
berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya.
Diperjalanan pulang aku sangat
kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama
diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dari tukang becak, kuli
bangunan sampai setiap orang di bis. Begitu sampai rumah aku memergoki
adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku
langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan libidoku
dengan cara berolah raga. Di tempat sport club, kami berolah raga dari
senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club
tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat
sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju renangnya ganti tuh, kan
kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma sauna”
“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”
“Pake celana dalem sama BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka” katanya
Pikirku,
bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku
dengan BH dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string
putih sehabis dari rumah pacarku tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku
pernah liat aku telanjang juga”.
Begitu aku masuk, adikku
terkesima dengan penampilanku yang sangat berani… kulihat dia
berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan
menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu
membuat segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku terus
memandang tubuhku dan ketika kulihat kontolnya, aku sangat kaget, dan
mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat
libidoku malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana
renangnya.
Aku berusaha untuk tidak
melihat, tapi mataku selalu melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin
memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan
kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.
Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku
memulainya dengan berkata :
“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”
“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol” katanya
“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku lebih berani
“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…
Aku
sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang
kemaluan adikku yang begitu besar. Tiba-tiba adikku mematikan mesin
saunanya dan kembali ke tempatnya.
“Kenapa dimatiin” kataku
“Udah cukup panas kak” katanya
Memang saat juga aku merasa
sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh
masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti
dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.
Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.
“Kan
udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku
dengan kontol mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.
“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku
“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku
“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya
“Nyoba
gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik kearah pintu dan
sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku
menunggingi adikku dan buah pantatku yang besar menempel di kontolnya.
Gilanya aku malah tetap diposisi
itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku memegang
pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya
tertutup G-string.
“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya dengan nafas memburu.
“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.
“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku.
Aku
menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan kakakmu John,
inget dong” Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel
aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”
“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh ngapain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.
Pikiranku
buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan
membayangkan pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.
“Jangan disini” pintaku.
“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas pinggulku.
“Kakak belum siap” kataku.
“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.
Bagai terhipnotis aku menuruti
apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungginginya dan
dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia
jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat
memeku dari belakang…
“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.
Dia
terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh…
gila pikirku… enak banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku,
adikku sendiri dengan rakus menjilati memekku.
“Gila kamu dik, enak banget,
belajar dimana” rintihku… Tanpa menjawab dia terus menjilati memekku dan
meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali
dan bagian dalam memekku gatal sekali… Tiba-tiba dia berdiri dan
memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….
“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku…
“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar… dia kesulitan…
“Mana lubangnya kak..” katanya.
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…
“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja yah dik”.
“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.
“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.
Begitu
kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan
menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit… tapi tidak sampai
lepas… terus ia lakukan sampai membuat aku gemas….
“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku pura-pura…..
“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”
“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.
Dan… langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan memekku”
Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…” teriakku.
Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…
kak …nikmat banget…..” dan secara perlahan dia menariknya keluar dan
memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang
teramat sangat, begitu juga adikku…
“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.
“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.
Lima
belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang
sangat panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam
pinggulku agar penetrasinya maksimum.
“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku…
“Ma kasih kak” katanya tanpa
dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan
ingin menangis. Aku langsung keluar dan membersihkan diri sambil
menyesali diri.. “kenapa adikku????”
Dalam
perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di
ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak
perawan lagi. Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku,
Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila
lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam.
Satahun sudah aku di tunggangi
adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan
kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku..
karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan
adikku. Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan
adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga
sangat ketagihan permainan seks.
* TAMAT *
Berbagi Rasa
Berbagi Rasa
Suatu kebahagiaan tersendiri bila ada tercipta rasa saling menyayangi di antara saudara. Tapi kebahagiaan seperti apa yang dirasakan Sandra ketika berusaha memberikan kebahagiaan untuk Shanty sebagai rasa sayang seorang adik kepada kakak kandungnya? Kisah nyata ini dipaparkan oleh Lucky, suami Sandra, kepada saya untuk direka menjadi satu cerita. Lucky, 34 tahun, dan Sandra, 27 tahun, adalah pasangan suami istri harmonis yang dikaruniai satu orang putri 3 tahun yang lucu. Tinggal di Wilayah Jakarta Timur, Shanty, 30 tahun, saat itu sudah beberapa hari menginap di rumah mereka karena sedang menghindar dari suaminya. Shanty sedang mengurus perceraian dari suaminya karena sudah merasa tidak ada kecocokan lagi di antara mereka. ***** Malam itu, 21 Juni 2004.. "Kami mau tidur dulu, Mbak..", kata Sandra kepada Shanty yang masih asyik menonton acara di televisi. "Tadi anakku tertidur di kamarmu..", kata Sandra lagi. "Iya.. Pergilah istirahat sana. Kasihan si Lucky besok harus kerja lagi..", kata Shanty sambil tersenyum. "Biar anakmu tidur denganku..", sambung Shanty. Akhirnya Sandra dan Lucky segera masuk ke kamarnya. "Kasihan Mbak Shanty ya, Mas?", kata Sandra sambil memeluk Lucky. "Betul.. Sudah berapa lama dia pisah ranjang dengan suaminya?", tanya Lucky sambil memjamkan matanya. "Kalau tidak salah sih.. Sudah hampir 4 bulan, Mas", kata Sandra sambil menyusupkan tangannya ke sarung Lucky. "Ha?! Mas nggak pakai celana dalam ya?", tanya Sandra agak kaget tapi tangannya erat memegang kontol Lucky. "Memang tidak pakai kok..", kata Lucky santai sambil tersenyum menatap Sandra. "Jadi selama kita tadi nonton TV bersama Mbak Shanty.. Yee nakal ya!", kata Sandra sambil meremas kontol Lucky agak keras. "Nggak apa-apa kok.. Nggak kelihatan ini kan?", kata Lucky sambil memiringkan badannya menghadap Sandra. "Lagian kalau dia lihat juga.. Anggap saja amal.", kata Lucky sambil tersenyum nakal. "Nakal ya!", kata Sandra sambil melumat bibir Lucky sementara tangannya tak henti mengocok kontol Lucky hingga tegang. "Mm.. Enak sayang..", bisik Lucky ketika kontolnya makin cepat dikocok. "Buka dulu bajunya, Mas..", kata Sandra sambil menghentikan tangannya. Lalu Sandra bangkit dari kasur dan melepas seluruh pakaiannya. Lucky juga ikut bangkit lalu segera melepas pakaiannya. "Jangan dulu ke kasur.. Hisap dulu dong..", kata Lucky sambil mengecup bibir Sandra lalu tangannya agak menekan dan membimbing kepala Sandra ke arah kontolnya. Sandra mengerti dan menuruti kemauan suaminya itu. "Ohh..", desah Lucky terdengar ketika mulut Sandra sudah mengulum penuh kontolnya. "Mm.. Kamu memang pintar.. hh..", kata Lucky sambil memejamkan matanya ketika tangan Sandra dengan pelan mengocok kontolnya. "Mm..", terdengar suara Sandra ketika mulutnya tak henti menghisap kontol Lucky sambil tangannya tak henti mengocoknya. "Ohh.. Ennakk sayangg..", kata Lucky sambil memajumundurkan pantatnya seiring hisapan mulut Sandra pada kontolnya. "Gantian, Mas..", kata Sandra setelah menghisap kontol Lucky beberapa lama. Sandra lalu membaringkan tubuhnya di kasur kemudian membuka lebar pahanya. Tampak bulu bulu halus tumbuh agak lebat di sekitar memeknya. "Oww.. Enak sekali Mass..", desah Sandra dengan mata terpejam ketika lidah Lucky mulai menjilati belahan memeknya dari atas ke bawah bolak-balik. Pantat Sandra langsung bergoyang seiring rasa nikmat yang dirasakannya. "Ohh.. Teruss.. Ohh.", desah Sandra makin keras ketika jari Lucky keluar masuk lubang memeknya yang sangat basah sambil tetap lidahnya menjilati kelentitnya. Tubuh Sandra melengkung dan menggeliat serta menggelinjang menahan nikmat yang luar biasa.. Sampai akhirnya, serr! Serr! Serr! Sandra mendesakkan kepala Lucky ke memeknya ketika terasa semburan air mani dalam memeknya disertai rasa nikmat dan nyaman yang amat sangat. "Ohh!! Ohh!!", suara Sandra serak keluar dari mulutnya.. "Nikmat sekali Mass..", desah Sandra dengan tubuh lemas terkulai di atas kasur. "Kini giliranku..", kata Lucky tersenyum sambil bangkit lalu menaiki tubuh Sandra. Mulut Lucky yang masih basah oleh cairan memek Sandra segera melumat bibir Sandra. Sandra segera membalas lumatan bibir Lucky sambil memegang kontol Lucky dan mengarahkan ke lubang memeknya. Bless.. Bless.. Kontol Lucky ditekan dan dengan segera sudah keluar masuk memek Sandra. "Ohh..", kembali desah Sandra terdengar seiring keluar masuk kontol Lucky ke memeknya. "Ohh enak sekali rasanya sayang..", bisik Lucky ke telinga Sandra sambil tak henti memompa kontolnya. "Kita enak-enakan di sini, sementara Mbak Shanty kesepian..", kata Sandra sambil mengecup bibir Lucky. "Ya itu sudah nasibnya, sayang..", kata Lucky sambil terus merengkuh tubuh Sandra dalam kenikmatan. "Ohh enakk, sayangg..", desah Sandra sambil menggeliat keenakan. "Mas suka nggak kepada Mbak Shanty?", tanya Sandra di sela persetubuhan itu. "Ya tentu saja suka, namanya juga kakak sendiri..", kata Lucky sambil terus memompa kontolnya keluar masuk. "Maksudku, suka secara fisik.. Lelaki suka wanita..", kata Sandra sambil menggoyangkan pantatnya. "Kok kamu membicarakan orang lain sih?", kata Lucky. "Ngak apa-apa kan, Mas? Lagian itu membuatku makin bergairah..", kata Sandra sambil mempercepat goyangannya. "Benarkah?", tanya Lucky. "Iyaahh.. Kadang saya suka membayangkan Mas bersetubuh dengan wanita lain. Dan itu membuat saya bergairah.. Nggak marah kan, Mas?", tanya Sandra. "Fantasi seperti itu boleh saja, sayang..", kata Lucky sambil mengecup kening Sandra. "Ohh.. Betulkahh?", Sandra mendesah. "Kalau saya mau Mas membahagiakan Mbak Shanty, mau nggak?", tanya Sandra mengagetkan Lucky. Serta merta mereka menghentikan gerakan sambil memek dan kontol mereka tetap berpautan. "Masksud kamu apa, sayang..?", tanya Lucky. Sandra tidak menjawab pertanyaan Lucky, tapi hanya tersenyum lalu mengecup bibir Lucky. "Mbak Shanty adalah orang yang paling saya sayang, dan saya ingin dia mendapatkan yang terbaik..", kata Sandra. "Saya ingin bisa memberikan yang terbaik buat dia..", lanjut Sandra. "Mas adalah yang terbaik buat saya..", kata Sandra sambil tersenyum. "Saya rela membagi hal terbaik yang saya punya dengan Mbak Shanty..", kata Sandra lagi. "Mas ngerti kan maksud saya?", Sandra sambil kembali menggoyang pantatnya. "Mas ngerti.. Tapi apakah kamu benar-benar..", ucapan Lucky terputus karena Sandra keburu melumat bibirnya. Kembali mereka bersetubuh melanjutkan yang terhenti tadi. "Saya benar-benar ingin Mas membahagiakan Mbak Shanty.. Juga itu membuat saya makin bergairah..", kata Sandra sambil menggoyang pantatnya lebih cepat. "Baiklah.. Ohh.. Ohh..", desah Lucky sambil mempercepat gerakannya. "Aku mau keluarr sayangg..", kata Lucky sambil mendesakkan kontolnya makin dalam ke memek Sandra. Crott! Croott! Croott! Air mani Lucky menyembur banyak di dalam memek Sandra. "Ohh.. Enak sekali sayang..", kata Lucky sambil mengecup bibir Sandra. "Mas mau kan memenuhi permintaan saya..?", tanya Sandra manja. "Iya.. Baiklah..", kata Lucky sambil tersenyum. "Terima kasih. Sering saya membayangkan Mas menyetubuhi Mbak Shanty..", bisik Sandra. Dan mereka pun kembali saling berpagutan tanpa melepas kontol dan memek mereka yang masih bertautan. ***** Suatu pagi.. "Mas, Mbak Shanty.. Saya akan ke pasar dengan si kecil.., ada mau titip tidak?", kata Sandra kepada mereka berdua. "Aku ikut, San..", kata Shanty. "Nggak usah, Mbak.., saya mau ke rumah ibu Heru dulu soalnya", kata Sandra berdalih. "Ya sudah kalau begitu..", kata Shanty. Akhirnya Sandra dan anaknya segera meninggalkan rumah. Tinggal Lucky dan Shanty berdua. "Tidak ke kantor, Luck?", tanya Shanty. "Saya sudah ijin untuk datang agak siang, Mbak..", jawab Lucky sambil mendekati dan duduk di samping Shanty. "Ada satu hal yang ingin saya tanyakan, Mbak..", kata Lucky. "Apa itu?", tanya Shanty sambil menatap mata Lucky. "Bagaimana urusan Mbak dengan Mas Rudy? Saya kasihan kepada Mbak..", kata Lucky. "Nggak tahulah, Luck.. Kita lihat saja nanti..", kata Shanty sambil menyenderkan tubuhnya di kursi. "Mbak putus asa?", tanya Lucky sambil tangannya mencoba memegang tangan Shanty. Shanty hanya diam ketika Lucky menggenggam tangannya. Hanya air mata yang terlihat menetes di sudut matanya. "Aku tidak ingin hidup lebih lama lagi..", kata Sandra sambil terisak. "Saya mengerti bagaimana perasaan Mbak..", kata Lucky air mata Shanty makin deras membasahi pipinya.. "Boleh aku pinjam bahumu, Luck? Aku nggak tahan..", kata Shanty. Lucky mengangguk. Dan Shanty segera merebahkan kepalanya di bahu Lucky dan menangis terisak. Lucky mengusap-ngusap rambut dan punggung Shanty untuk menenangkannya. "Sudahlah, Mbak.. Mbak masih punya kami..", kata Lucky sambil melepas rangkulan Shanty dan menatap matanya. "Kami sayang Mbak.. Saya sayang Mbak..", kata Lucky. "Benarkah?", tanya Shanty sambil meyeka air matanya. Lucky tak menjawab hanya mengangguk sambil menatap mata Shanty. Lama mereka saling bertatapan. Ada rasa tak menentu ketika Shanty menatap mata Lucky. Apalagi ketika Lucky sedikit demi sedikit mendekatkan wajahnya hingga hampir bersentuhan. Shanty tak bisa berkata apa-apa ketika terasa ada rasa hangat dan nyaman ketika bibir Lucky menyentuh bibirnya. Ketika Lucky mengecup bibirnya, Shanty hanya bisa terpejam merasakan rasa nyaman dan rasa berdesir di hatinya. "Mmhh..", hanya itu yang keluar dari mulut Shanty ketika Lucky mulai melumat bibirnya. "Luck.. Jangan.. Mmhh..", kata Shanty ingin menolak tapi gairahnya telah mulai naik. Lucky tak menjawab, tapi makin hangta melumat bibir Shanty. "Mmhh..", Shanty mendesah dan mulai terbawa aliran gairahnya yang bangkit perlahan. Dibalasnya ciuman Lucky dengan panas dan liar. Sebagai wanita yang telah lama tidak merasakan kehangatan sentuhan laki-laki, perlakuan Lucky membuat Shanty bergairah tinggi dan mulai melupakan kesedihannya saat itu. "Luck.. Aku.. Aku.. Ohh..", suara Shanty terputus putus serak ketika tangan Lucky mulai menggerayangi bagian depan baju dasternya. Dua gumpalan empuk di dada Shanty diremas perlahan oleh Lucky sambil tetap berciuman. "Mbak, kita pindah ke kamar..", ajak Lucky sambil menarik tangan Shanty. "Tapi.. Tapi.. Bagaimana dengan Sandra?", tanya Shanty ragu. "Saya bisa menyayangi Mbak seperti ini karena Sandra sayang kepada Mbak..", kata Lucky sambil menarik Shanty ke kamar. "Maksudnya apa, Luck..", tanya Shanty. Lucky tidak langsung menjawab, tapi langsung memeluk dan melumat bibir Shanty. Shantypun karena sudah terbawa gairahnya langsung membalas pagutan Lucky. Keduanya terus berciuman sambil melepas pakaian masing-masing. Lucky merebahkan tubuh telanjang Shanty ke atas kasur. "Ohh.. Luckyy.. Mmhh..", desah Shanty keras ketika lidah dan mulut Lucky menggigit dan menjilati buah dadanya, apalagi ketika satu tangan Lucky turun ke perut lalu turun lagi ke memeknya yang sudah sangat basah. "Saya sayang Mbak..", kata Lucky sambil menatap Shanty lalu kepalanya mulai turun ke perut lalu turun lagi ke memek. "Oohh.. Ohh.. Oww.. Sshh..", jerit lirih Shanty sambil mata terpejam ketika lidah Lucky liar menjilati belahan memek dan kelentitnya bergantian. Serr! Serr! Serr! Shanty merasakan rasa nikmat yang sangat luar biasa ketika cairan cintanya menyembur disertai dengan geliatan dan gelinjang tubuh ketika rasa nikmat itu menjalar. "Ohh, Lucky.. Aku sudah lama tidak merasakan hal seperti ini.. Makanya aku keluar cepat..", kata Shanty sambil menatap Lucky yang sudah berada di atas tubuhnya. "Saya akan membahagiakan Mbak.. Kapan saja Mbak mau..", kata Lucky sambil tersenyum lalu mengecup bibir Shanty. "Tapi.. Sandra..", tanya Shanty. "Sandra sangat sayang pada Mbak..", kata Lucky sambil mengarahkan kontolnya ke lubang memek Shanty. Shanty meraih kontol Lucky dan membimbing ke lubang memeknya. Tak lama Lucky sudah turun naik memompa kontolnya di lubang memek Shanty. "Ohh.. Mhh..", desah Lucky dengan mata terpejam sambil memeluk Shanty. "Ohh.. Enak sekaliihh.. Ohh..", desah Shanty sambil menggoyangkan pinggulnya cepat. Setelah beberapa lama, serr! Serr! Serr! Kembali Shanty menyemburkan air maninya disertai jeritan kenikmatan dari mulutnya. "Nikmat sekali.. Ohh..", bisik Shanty dengan tubuh lunglai. "Tengkurap, Mbak..", pinta Lucky sambil mencabut kontolnya. Shanty menuruti permintaan Lucky tersebut. Shanty membalikkan badannya tanpa menungging, lalu melebarkan kakinya agar kontol Lucky bisa mudah masuk lubang memeknya. Bless..! Lucky mengarahkan kontol ke lubang memek Shanty dari belakang lalu menekan dan akhirnya kontol Lucky leluasa keluar masuk. Mata Lucky terpejam merasakan kenikmatan memompa kontolnya di memek Shanty sambil memegangi bongkahan pantat Shanty yang bulat padat. "Ohh.. Saya mau keluarrhh..", kata Lucky serak. "Jangan dikeluarkan di dalam, Luck.. Aku nggak KB..", kata Shanty cepat. Lucky makin mempercepat pompaan kontolnya lalu dengan segera mengeluarkan kontolnya kemudian digesek-gesekkan di belahan pantat Shanty, sampai.. Croott! Croott! Croott! Air mani Lucky menyembur banyak dan jauh hingga punggung Shanty. "Ohh.. Enak sekali, Mbak..", kata Lucky sambil berbaring di samping tubuh Shanty yang masih tengkurap berlumuran air mani Lucky di punggung dan pantatnya. "Apakah ini akan menjadi masalah, Luck?", tanya Shanty. "Tidak akan, Mbak.. Percaya kepada kata-kata saya..", kata Lucky sambil tersenyum lalu mengecup bibir Shanty. ***** Menurut Lucky, sampai dengan saat ini hubungan dengan Shanty, yang sudah resmi bercerai dengan suaminya, tetap berjalan. Sandra selalu meminta Lucky bercerita tentang hubungan sex-nya dengan Shanty tiap kali mau bersetubuh. Hal ini membuat Sandra sangat bergairah. Shanty dicarikan kontrakan oleh Lucky sekitar Jakarta Timur agar lebih leluasa menumpahkan kasih sayangnya kepada Shanty. Tamat
Ayu Dan Efi, Ibu Dan Anak
Ayu Dan Efi, Ibu Dan Anak Sekaligus
Ayu dan Efi, Ibu dan Anak Sekaligus Didalam cerita pengalaman saya yang pertama yang saya beri judul �Masa kecil saya di Palembang? saya menceritakan bagaimana saya diperkenalkan kepada kenikmatan senggama pada waktu saya masih berumur 13 tahun oleh Ayu, seorang wanita tetangga kami yang telah berumur jauh lebih tua. Saya dibesarkan didalam keluarga yang sangat taat dalam agama. Saya sebelumnya belum pernah terekspos terhadap hubungan laki-laki dan perempuan. Pengetahuan saya mengenai hal-hal persetubuhan hanyalah sebatas apa yang saya baca didalam cerita-cerita porno ketikan yang beredar di sekolah ketika saya duduk di bangku SMP. Pada masa itu belum banyak kesempatan bagi anak lelaki seperti saya walaupun melihat tubuh wanita bugil sekalipun. Anak-anak lelaki masa ini mungkin susah membayangkan bahwa anak seperti saya cukup melihat gambar-gambar di buku mode-blad punya kakak saya seperti Lana Lobell, dimana terdapat gambar-gambar bintang film seperti Ginger Roberts, Jayne Mansfield, yang memperagakan pakaian dalam, ini saja sudah cukup membuat kita terangsang dan melakukan masturbasi beberapa kali. Bisalah dibayangkan bagaimana menggebu-gebunya gairah dan nafsu saya ketika diberi kesempatan untuk secara nyata bukan saja hanya bisa melihat tubuh bugil wanita seperti Ayu, tetapi bisa mengalami kenikmatan bersanggama dengan wanita sungguhan, tanpa memperdulikan apakah wanita itu jauh lebih tua. Dengan hanya memandang tubuh Ayu yang begitu mulus dan putih saja sucah cukup sebetulnya untuk menjadi bahan imajinasi saya untuk bermasturbasi, apalagi dengan secara nyata-nyata bisa merasakan hangatnya dan mulusnya tubuhnya. Apalagi betul-betul melihat kemaluannya yang mulus tanpa jembut. Bisa mencium dan mengendus bau kemaluannya yang begitu menggairahkan yang kadang-kadang masih berbau sedikit amis kencing perempuan dan yang paling hebat lagi buat saya adalah bisanya saya menjilat dan mengemut kemaluannya dan kelentitnya yang seharusnyalah masih merupakan buah larangan yang penuh rahasia buat saya. Mungkin pengalaman dini inilah yang membuat saya menjadi sangat menikmati apa yang disebut cunnilingus, atau mempermainkan kemaluan wanita dengan mulut. Sampai sekarangpun saya sangat menikmati mempermainkan kemaluan wanita, mulai dari memandang, lalu mencium aroma khasnya, lalu mempermainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora), lalu melumati bagian dalamnya dengan lidah saya, lalu mengemut clitorisnya sampai si wanita minta-minta ampun kewalahan. Yang terakhir barulah saya memasukkan batang kemaluan saya kedalam liang sanggamanya yang sudah banjir. Setelah kesempatan saya dan Ayu untuk bermain cinta (saya tidak tahu apakah itu bisa disebut bermain cinta) yang pertama kali itu, maka kami menjadi semakin berani dan Ayu dengan bebasnya akan datang kerumah saya hampir setiap hari, paling sedikit 3 kali seminggu. Apabila dia datang, dia akan langsung masuk kedalam kamar tidur saya, dan tidak lama kemudian sayapun segera menyusul. Biasanya dia selalu mengenakan daster yang longgar yang bisa ditanggalkan dengan sangat gampang, hanya tarik saja keatas melalui kepalanya, dan biasanya dia duduk dipinggiran tempat tidur saya. Saya biasanya langsung menerkam payudaranya yang sudah agak kendor tetapi sangat bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang kemerah-merahan dan pentilnya sendiri agak besar menurut penilaian saya. Ayu sangat suka apabila saya mengemut pentil susunya yang menjadi tegang dan memerah, dan bisa dipastikan bahwa kemaluannya segera menjadi becek apabila saya sudah mulai ngenyot-ngenyot pentilnya. Mungkin saking tegangnya saya didalam melakukan sesuatu yang terlarang, pada permulaannya kami mulai bersanggama, saya sangat cepat sekali mencapai klimaks. Untunglah Ayu selalu menyuruh saya untuk menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kemaluannya lebih dulu sehingga biasanya dia sudah orgasme duluan sampai dua atau tiga kali sebelum saya memasukkan penis saya kedalam liang peranakannya, dan setelah saya pompa hanya beberapa kali saja maka saya seringkali langsung menyemprotkan mani saya kedalam vaginanya. Barulah untuk ronde kedua saya bisa menahan lebih lama untuk tidak ejakulasi dan Ayu bisa menyusul dengan orgasmenya sehingga saya bisa merasakan empot-empotan vaginanya yang seakan-akan menyedot penis saya lebih dalam kedalam sorga dunia. Ayu juga sangat doyan mengemut-ngemut penis saya yang masih belum bertumbuh secara maksimum. Saya tidak disunat dan Ayu sangat sering menggoda saya dengan menertawakan �kulup?saya, dan setelah beberapa minggu Ayu kemudian berhasil menarik seluruh kulit kulup saya sehingga topi baja saya bisa muncul seluruhnya. Saya masih ingat bagaimana dia berusaha menarik-narik atau mengupas kulup saya sampai terasa sakit, lalu dia akan mengobatinya dengan mengemutnya dengan lembut sampai sakitnya hilang. Setelah itu dia seperti memperolah permainan baru dengan mempermainkan lidahnya disekeliling leher penis saya sampai saya merasa begitu kegelian dan kadang-kadang sampai saya tidak kuat menahannya dan mani saya tumpah dan muncrat ke hidung dan matanya. Kadang-kadang Ayu juga minta �main?walaupun dia sedang mens. Walaupun dia berusaha mencuci vaginanya lebih dulu, saya tidak pernah mau mencium vaginanya karena saya perhatikan bau-nya tidak menyenangkan. Paling-paling saya hanya memasukkan penis saja kedalam vaginanya yang terasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terus terang, saya tidak begitu menikmatinya dan biasanya saya cepat sekali ejakulasi. Apabila saya mencabut kemaluan saya dari vagina Ayu, saya bisa melihat cairan darah mensnya yang bercampur dengan mani saya. Kadang-kadang saya merasa jijik melihatnya. Satu hari, kami sedang asyik-asyiknya menikmati sanggama, dimana kami berdua sedang telanjang bugil dan Ayu sedang berada didalam posisi diatas menunggangi saya. Dia menaruh tiga buah bantal untuk menopang kepala saya sehingga saya bisa mengisap-isap payudaranya sementara dia menggilas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya. Pinggulnya naik turun dengan irama yang teratur. Kami rileks saja karena sudah begitu seringnya kami bersanggama. Dan pasangan suami isteri yang tadinya menyewa kamar dikamar sebelah, sudah pindah kerumah kontrakan mereka yang baru. Saya sudah ejakulasi sekali dan air mani saya sudah bercampur dengan jus dari kemaluannya yang selalu membanjir. Lalu tiba-tiba, pada saat dia mengalami klimaks dan dia mengerang-erang sambil menekan saya dengan pinggulnya, anak perempuannya yang bernama Efi ternyata sedang berdiri dipintu kamar tidur saya dan berkata, �Ibu main kancitan, iya..??(kancitan = ngentot, bahasa Palembang) Saya sangat kaget dan tidak tahu harus berbuat bagaimana tetapi karena sedang dipuncak klimaksnya, Ayu diam saja terlentang diatas tubuh saya. Saya melirik dan melihat Efi datang mendekat ketempat tidur, matanya tertuju kebagian tubuh kami dimana penis saya sedang bersatu dengan dengan kemaluan ibunya. Lalu dia duduk di pinggiran tempat tidur dengan mata melotot. �Hayo, ibu main kancitan,?katanya lagi. Lalu pelan-pelan Ayu menggulingkan tubuhnya dan berbaring disamping saya tanpa berusaha menutupi kebugilannya. Saya mengambil satu bantal dan menutupi perut dan kemaluan saya . �Efi, Efi. Kamu ngapain sih disini??kata Ayu lemas. �Efi pulang sekolah agak pagi dan Efi cari-cari Ibu dirumah, tahunya lagi kancitan sama Bang Johan,?kata Efi tanpa melepaskan matanya dari arah kemaluan saya. Saya merasa sangat malu tetapi juga heran melihat Ayu tenang-tenang saja. �Efi juga mau kancitan,?kata Efi tiba-tiba. �E-eh, Efi masih kecil..?kata ibunya sambil berusaha duduk dan mulai mengenakan dasternya. �Efi mau kancitan, kalau nggak nanti Efi bilangin Abah.? �Jangan Efi, jangan bilangin Abah.., kata Ayu membujuk. �Efi mau kancitan,?Efi membandel. �Kalo nggak nanti Efi bilangin Abah..? �Iya udah, diam. Sini, biar Johan ngancitin Efi.?Ayu berkata. Saya hampir tidak percaya akan apa yang saya dengar. Jantung saya berdegup-degup seperti alu menumbuk. Saya sudah sering melihat Efi bermain-main di pekarangan rumahnya dan menurut saya dia hanyalah seorang anak yang masih begitu kecil. Dari mana dia mengerti tentang �main kancitan?segala? Ayu mengambil bantal yang sedang menutupi kemaluan saya dan tangannya mengelus-ngelus penis saya yang masih basah dan sudah mulai berdiri kembali. �Sini, biar Efi lihat.?Ayu mengupas kulit kulup saya untuk menunjukkan kepala penis saya kepada Efi. Efi datang mendekat dan tangannya ikut meremas-remas penis saya. Aduh maak, saya berteriak dalam hati. Bagaimana ini kejadiannya? Tetapi saya diam saja karena betul-betul bingung dan tidak tahu harus melakukan apa. Tempat tidur saya cukup besar dan Ayu kemudian menyutuh Efi untuk membuka baju sekolahnya dan telentang di tempat tidur didekat saya. Saya duduk dikasur dan melihat tubuh Efi yang masih begitu remaja. Payudaranya masih belum berbentuk, hampir rata tetapi sudah agak membenjol. Putingnya masih belum keluar, malahan sepertinya masuk kedalam. Ayu kemudian merosot celana dalam Efi dan saya melihat kemaluan Efi yang sangat mulus, seperti kemaluan ibunya. Belum ada bibir luar, hanya garis lurus saja, dan diantara garis lurus itu saya melihat itilnya yang seperti mengintip dari sela-sela garis kemaluannya. Efi merapatkan pahanya dan matanya menatap kearah ibunya seperti menunggu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saya mengelus-elus bukit venus Efi yang agak menggembung lalu saya coba merenggangkan pahanya. Dengan agak enggan, Efi menurut, dan saya berlutut di antara kedua pahanya dan membungkuk untuk mencium selangkangan Efi. �Ibu, Efi malu ah..?kata Efi sambil berusaha menutup kemaluannya dengan kedua tangannya. �Ayo, Efi mau kancitan, ndak??kata Ayu. Saya mengendus kemaluan Efi dan baunya sangat tajam. �Uh, mambu pesing.?Saya berkata dengan agak jijik. Saya juga melihat adanya �keju?yang keputih-putihan diantara celah-celah bibir kemaluan Efi. �Tunggu sebentar,?kata Ayu yang lalu pergi keluar kamar tidur. Saya menunggu sambil mempermainkan bibir kemaluan Efi dengan jari-jari saya. Efi mulai membuka pahanya makin lebar. Sebentar kemudian Ayu datang membawa satu baskom air dan satu handuk kecil. Dia pun mulai mencuci kemaluan Efi dengan handuk kecil itu dan saya perhatikan kemaluan Efi mulai memerah karena digosok-gosok Ayu dengan handuk tadi. Setelah selesai, saya kembali membongkok untuk mencium kemaluan Efi. Baunya tidak lagi setajam sebelumnya dan sayapun menghirup aroma kemaluan Efi yang hanya berbau amis sedikit saja. Saya mulai membuka celah-celah kemaluannya dengan menggunakan lidah saya dan Efi-pun merenggangkan pahanya semakin lebar. Saya sekarang bisa melihat bagian dalam kemaluannya dengan sangat jelas. Bagian samping kemaluan Efi kelihatan sangat lembut ketika saya membuka belahan bibirnya dengan jari-jari saya, kelihatanlah bagian dalamnya yang sangat merah. Saya isap-isap kemaluannya dan terasa agak asin dan ketika saya mempermainkan kelentitnya dengan ujung lidah saya, Efi menggeliat-geliat sambil mengerang, �Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli nian ibuu..? Saya kemudian bangkit dan mengarahkan kepala penis saya kearah belahan bibir kemaluan Efi dan tanpa melihat kemana masuknya, saya dorong pelan-pelan. �Aduh, sakit bu..,?Efi hampir menjerit. �Johan, pelan-pelan masuknya.?Kata Ayu sambil mengelus-elus bukit Efi. Saya coba lagi mendorong, dan Efi menggigit bibirnya kesakitan. �Sakit, ibu.? Ayu bangkit kembali dan berkata,�Johan tunggu sebentar,?lalu dia pergi keluar dari kamar. Saya tidak tahu kemana Ayu perginya dan sambil menunggu dia kembali sayapun berlutut didepan kemaluan Efi dan sambil memegang batang penis, saya mempermainkan kepalanya di clitoris Efi. Efi memegang kedua tangan saya erat-erat dengan kedua tangannya dan saya mulai lagi mendorong. Saya merasa kepala penis saya sudah mulai masuk tetapi rasanya sangat sempit. Saya sudah begitu terbiasa dengan lobang kemaluan Ayu yang longgar dan penis saya tidak pernah merasa kesulitan untuk masuk dengan mudah. Tetapi liang vagina Efi yang masih kecil itu terasa sangat ketat. Tiba-tiba Efi mendorong tubuh saya mundur sambil berteriak, �Aduuh..!?Rupanya tanpa saya sadari, saya sudah mendorong lebih dalam lagi dan Efi masih tetap kesakitan. Sebentar lagi Ayu datang dan dia memegang satu cangkir kecil yang berisi minyak kelapa. Dia mengolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan kemudian dia juga melumasi kemaluan Efi. Kemudian dia memegang batang kemaluan saya dan menuntunnya pelan-pelan untuk memasuki liang vagina Efi. Terasa licin memang dan saya-pun bisa masuk sedikit demi sedikit. Efi meremas tangan saya sambil menggigit bibir, apakah karena menahan sakit atau merasakan enak, saya tidak tahu pasti. Saya melihat Efi menitikkan air mata tetapi saya meneruskan memasukkan batang penis saya pelan-pelan. �Cabut dulu,?kata Ayu tiba-tiba. Saya menarik penis saya keluar dari lobang kemaluan Efi. Saya bisa melihat lobangnya yang kecil dan merah seperti menganga. Ayu kembali melumasi penis saya dan kemaluan Efi dengan minyak kelapa, lalu menuntun penis saya lagi untuk masuk kedalam lobang Efi yang sedang menunggu. Saya dorong lagi dengan hati-hati, sampai semuanya terbenam didalam Efi. Aduh nikmatnya, karena lobang Efi betul-betul sangat hangat dan ketat, dan saya tidak bisa menahannya lalu saya tekan dalam-dalam dan air manikupun tumpah didalam liang kemaluan Efi. Efi yang masih kecil. Saya juga sebetulnya masih dibawah umur, tetapi pada saat itu kami berdua sedang merasakan bersanggama dengan disaksikan Ayu, ibunya sendiri. Efi belum tahu bagaimana caranya mengimbangi gerakan bersanggama dengan baik, dan dia diam saja menerima tumpahan air mani saya. Saya juga tidak melihat reaksi dari Efi yang menunjukkan apakah dia menikmatinya atau tidak. Saya merebahkan tubuh saya diatas tubuh Efi yang masih kurus dan kecil itu. Dia diam saja. Setelah beberapa menit, saya berguling kesamping dan merebahkan diri disamping Efi. Saya merasa sangat terkuras dan lemas. Tetapi rupanya Ayu sudah terangsang lagi setelah melihat saya menyetubuhi anaknya. Diapun menaiki wajah saya dan mendudukinya dan menggilingnya dengan vaginanya yang basah, dan didalam kami di posisi 69 itu diapun mengisap-ngisap penis saya yang sudah mulai lemas sehingga penis saya itu mulai menegang kembali. Wajah saya begitu dekat dengan anusnya dan saya bisa mencium sedikit bau anus yang baru cebok dan entah kenapa itu membuat saya sangat bergairah. Nafsu kami memang begitu menggebu-gebu, dan saya sedot dan jilat kemaluan Ayu sepuas-puasnya, sementara Efi menonton kami berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya sudah mengenal kebiasaan Ayu dimana dia sering kentut kalau betul-betul sedang klimaks berat, dan saat itupun Ayu kentut beberapa kali diatas wajah saya. Saya sempat melihat lobang anusnya ber-getar ketika dia kentut, dan sayapun melepaskan semburan air mani saya yang ketiga kalinya hari itu didalam mulut Ayu. �Alangkah lemaknyoo..!?saya berteriak dalam hati. �Ugh, ibu kentut,?kata Efi tetapi Ayu hanya bisa mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang dicekik lehernya. Hanya sekali itu saja saya pernah menyetubuhi Efi. Ternyata dia masih belum cukup dewasa untuk mengetahui nikmatnya bersanggama. Dia masih anak kecil, dan pikirannya sebetulnya belum sampai kepada hal-hal seperti itu. Tetapi saya dan Ayu terus menikmati indahnya permainan bersanggama sampai dua atau tiga kali seminggu. Saya masih ingat bagaimana saya selalu merasa sangat lapar setelah setiap kali kami selesai bersanggama. Tadinya saya belum mengerti bahwa tubuh saya menuntut banyak gizi untuk menggantikan tenaga saya yang dikuras untuk melayani Ayu, tetapi saya selalu saya merasa ingin makan telur banyak-banyak. Saya sangat beruntung karena kami kebetulan memelihara beberapa puluh ekor ayam, dan setiap pagi saya selalu menenggak 4 sampai 6 butir telur mentah. Saya juga memperhatikan dalam tempo setahun itu penis saya menjadi semakin besar dan bulu jembut saya mulai menjadi agak kasar. Saya tidak tahu apakah penis saya cukup besar dibandingkan suami Ayu ataupun lelaki lain. Yang saya tahu adalah bahwa saya sangat puas, dan kelihatannya Ayu juga cukup puas. Saya tidak merasa seperti seorang yang bejat moral. Saya tidak pernah melacur dan ketika saya masih kawin dengan isteri saya yang orang bule, walaupun perkawinan kami itu berakhir dengan perceraian, saya tidak pernah menyeleweng. Tetapi saya akan selalu berterima kasih kepada Ayu (entah dimana dia sekarang) yang telah memberikan saya kenikmatan didalam umur yang sangat dini, dan pelajaran yang sangat berharga didalam bagaimana melayani seorang perempuan, terlepas dari apakah itu salah atau tidak.
Yanti Dan Mertuanya
Yanti dan Mertuanya
Yanti dan Mertuanya Kisah ini saya susun berdasarkan fakta yang saya dapat dari cerita pribadi salah seorang bekas teman karib semasa kuliah dulu. Ia baru saja menikah sekitar satu setengah tahun lamanya. Yanti nama temanku itu. Sementara suaminya bernama Pras. Kejadiannya bermula ketika Pras mendapat tugas luar kota dari kantornya, di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Pras memang biasanya dapat pergi tiga sampai empat hari. Seandainya pulang pun hanya beberapa jam saja, kemudian berangkat lagi. Sebagai seorang isteri, Yanti tidak dapat melarangnya, apalagi itu urusan kerja. Maklum, yang dilakukan itu ada kaitan dengan promosi terhadap diri Pras menjadi Area Sales Manager dalam waktu dekat. Yanti tentu saja merasa ikut senang mendengar akan hal itu, sehingga ia memberikan kebebasan waktu pada Pras untuk meningkatkan prestasinya. Karena kesibukannya itu, Pras sering melupakan hak Yanti sebagai seorang isteri. Hari-hari Yanti penuh dengan kesepian. Apalagi buah perkawinan mereka belum juga ada. Akhirnya Yanti menggunakan waktu sepi itu untuk berbagi rasa dengan mertuanya, Prambudi. Prambudi sudah sangat berumur, karena usianya sudah hampir mencapai setengah abad. Prambudi saat itu sudah hidup sendiri tanpa pendamping hidup, karena isterinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kebetulan Prambudi tinggal serumah dengan mereka. Obrolan serta gurauan, hampir mereka lakukan setiap hari, terutama ketika Pras sedang tidak ada di rumah. Tidak jarang karena Yanti dan mertuanya keasyikan mengobrol, mereka terkadang sampai lupa waktu. Mereka pernah sampai tengah malam baru berhenti mengobrol. Yanti merasa obrolan dengan mertuanya itu bermanfaat. Ia menjadi lebih terhibur dan tidak lagi begitu kesepian seperti hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan mertuanya. Prambudi merasa lebih senang dan enjoy. Sebelumnya ia yang pendiam kini berubah menjadi periang. Sejak itulah, Yanti bersama mertuanya saling mengisi hari-hari luang mereka dengan obrolan-obrolan kecil namun menyenangkan hati mereka berdua. Setidak-tidaknya rasa jenuh yang dirasakan Yanti kini terobati. Dan harus diakui oleh Yanti, pengetahuan mertuanya memang begitu banyak. Cara penyampaiannya pun cukup diplomatis dan memperlihatkan wibawa seorang yang telah berumur. Suatu hari, mertuanya bercerita tentang kecantikan isterinya sewaktu masih hidup. Bahwa isterinya dulu tergolong wanita yang banyak disukai oleh pria lain. Disamping sebagai parasnya yang cantik, lembut, juga mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai gitar spanyol yang mengagumkan. Kalau ada lelaki yang meliriknya, pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama. "Makanya, aku beruntung mendapatkan ibumu dulu.., tapi sayang.., ia begitu cepat meninggalkanku.." kata mertuanya sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya yang sudah banyak menghabiskan rokok itu. Malam pun semakin larut, seiring dengan cerita mertua Yanti yang sudah tidak menentu arah pembicaraannya. Sampai akhirnya mengenai hal yang sifatnya pribadi pun diceritakan dengan tanpa ada rasa canggung lagi. Singkatnya, bahwa almarhumah ibu mertuanya adalah isteri yang cantik serta dapat memuaskan dalam setiap permainan ranjang yang pernah mereka lakukan. "Entah berapa kali setiap malam kami lakukan, yang jelas pasti tidak terlewatkan.." kata mertuanya mengenang masa lalu. "Pernah aku dibikin kewalahan, karena aku lupa minum obat." lanjut Prambudi dengan santainya mngupas seluruh rahasia rumah tangganya. "Kamu belum ngantuk, Yanti..?" tanya mertuanya sambil merapatkan duduknya ke samping Yanti. Saat itu mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu. Yanti pun mulai curiga dengan sikap mertuanya, apalagi tangan mertuanya mulai memegang pundaknya. Tatapan mata Prambudi begitu tajam, seolah-olah ingin mengulangi kejadian indah bersama isterinya. Dan Yanti lebih kaget lagi, ketika mertuanya berkata, "Kamu cantik Yanti.. maukah kamu, barang sejenak melayaniku..?" pinta mertuanya yang kelihatannya sudah terpengaruh dengan cerita masa lalunya itu. "Tolong Yan, aku sudah lama kesepian, lagian suamimu khan tak ada di rumah..!" desak halus mertuanya sambil menarik tangan Yanti ke kamar. "Jangan Ayah..! Aku milik anak Ayah..!" tolak Yanti sambil menepis kedua tangan Prambudi yang kini sudah hinggap di payudara 36B miliknya. "Mau ya Yanti.., sekali aja kok..!" rayu mertuanya sambil melepaskan semua pakaiannya. "Sekarang kamu diam, ya..! Kakinya diangkat ke atas.., ya begitu.., biar Ayah yang bantu melepaskan pakaianmu..!" Sungguh, Yanti merasa bingung saat itu. Anehnya ia diam dan menuruti kemauan mertuanya begitu saja. Mertuanya dibiarkan melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Mungkin karena rasa kasihannya pada sang ayah mertua yang sudah lama kesepian. Apalagi sebagai seorang isteri normal, Yanti jarang sekali mendapat kenikmatan dari suaminya, Pras, karena kesibukannya. Sementara itu dengan lembutnya Prambudi membaringkan tubuh Yanti yang tanpa sehelai benang pun yang menutupinya ke tempat tidur, lalu mulai menjilati semua lekuk tubuh Yanti dari bagian pundak, belakang telinga, leher, payudara hingga bagian bawah perutnya. Payudara Yanti dijilati dengan penuh semangat, sambil sekali-kali diremas-remas dengan perlahan. Yanti menggelinjang diperlakukan seperti itu. Saat sampai di bagian benda kewanitaannya, Prambudi menyibakkan rambut-rambut kemaluan Yanti yang amat lebat dan hitam. Lalu klitorisnya dijilati dengan berputar-putar. Dengan sengaja Prambudi memasukkan lidahnya ke dalam lubang senggama Yanti sambil kelentitnya dipegang-pegang. Yanti pun tidak lama telah terhanyut oleh kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya itu. Ia pun mengimbangi permainan asmara itu dengan perasaan yang sudah lama tidak dirasakannya. Ia meminta mertuanya untuk berbaring. Langsung diraihnya senjata andalan Prambudi. Kemaluannya sudah tegang. Lidah Yanti menjilati seluruh batangan mertuanya yang kelihatan telah berurat itu dengan penuh semangat. Dihisap dan dikulum-kulumnya selayaknya seorang yang haus akan hubungan seks. Tidak ketinggalan batang kejantanan itu dikocok-kocoknya. Luar biasa kocokannya itu, buktinya Prambudi sampai terpejam-pejam merasakannya. "Aku sudah tak tahan, Yanti.. masukkan saja ya, Nak..?" ujar Prambudi di tengah-tengah kenikmatan yang menjalari segenap urat syarafnya. Yanti hanya tersenyum penuh arti akan pernyataan ayah mertuanya. Segera ia naik ke atas perut ayah mertuanya itu. Lalu dengan tangan kiri, dituntunnya batang kemaluan yang sudah amat besar dan tegang itu masuk ke belahan liang senggamanya. "Bles.. jeb..!" Yanti pun segera bergoyang maju mundur, lalu ke atas ke bawah. Sementara itu, Prambudi berusaha bangkit untuk menjilati kedua bukit kembar menantunya itu seperti bayi yang haus akan air susu ibunya. Segera setelah mulut Prambudi mencapai payudara indah Yanti, Yanti pun dengan sengaja mengarahkan payudaranya ke arah mulut sang mertua, baik buah dada yang kanan maupun yang kiri. "Uh.. uh.. uh.." terdengar erangan kenikmatan dari mulut Yanti mengiringi gerakan tubuhnya. "Aku mau keluar, Yah..!" ujar Yanti dengan nafas memburu. Dan benar, sesuatu dari dalam dirinya tiba-tiba seperti meledak. Ia mengalami orgasmenya.. Namun, Prambudi kelihatannya belum mau berhenti juga. Ia lalu menyuruh Yanti merubah posisi pernaian seks mereka. Kini Yanti dengan posisi menungging. Kedua tangannya memegang ujung ranjang. Sementara dengan semangat 45, Prambudi segera mengarahkan batang kejantanannya ke belahan bibir kemaluan Yanti. Dengan sekali hentakan, "Bless..!" Batang kejantanan itu masuk seluruhnya. Prambudi dengan posisi setengah berdiri terus "menghajar" Yanti dari belakang sambil kedua tangannya berusaha meraih payudara Yanti yang memang sangat merangsang Prambudi. Setelah ia raih, diremas-remasnya dengan perlahan. "Wah.. coba dari dulu aku mencicipi tubuh mulus ini.. pasti aku tambah awet muda.." pikir Prambudi ditengah serangan gencarnya. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Prambudi merasakan sesuatu akan keluar dari tubuhnya dan perasaannya melayang. Matanya yang bulat terbeliak dan kemudian melotot. Yanti yang sadar mertuanya akan ejakulasi, segera melepaskan pantatnya dari serangan gencar batang keperkasaan Prambudi. Lalu ia meraih rudal panjang Prambudi dan dikocok-kocoknya agar mendapatkan puncak klimaks mertuanya. Benar saja, cairan sperma dari batang keperkasaan Prambudi keluar menyemprot dengan derasnya. Melihat itu, Yanti segera menghisapnya sampai habis semua cairan lelaki itu hingga mulutnya ikut menjadi basah. Batang kemaluan itu dijilatinya sampai bersih. "Yan.. kapan-kapan kita ulangi lagi ya.., Ayah benar-benar puas sekarang.." ujar Prambudi sambil memakai pakaiannya kembali. Yanti hanya mengangguk dan tersenyum kecil memberikan kesan puas baik fisik maupun batin. Dalam hatinya ia berkata, "Dasar tua bangka..! Menantu aja di 'makan'..!" "Kamu memang benar-benar bisa memuaskan keinginanku yang selama ini sudah tidak dapat kulampiaskan lagi.. sekali lagi Ayah benar-benar merasa puas sekali..!" kata Prambudi menambahkan sambil mencium kening Yanti yang basah dengan peluh itu. Malam itu mereka lalui dengan perasaan sedikit penyesalan, tetapi juga rasa puas, karena keinginan batiniah diantara mereka berdua dapat tersalurkan. Namun, sejak itu setiap kali mertuanya mengajak berhubungan intim, Yanti selalu melayaninya dengan senang hati dan penuh semangat. Dan hal itu tidak hanya berlangsung sekali atau dua kali saja, tetapi mereka melakukannya hampir seperti layaknya suami isteri. Maklum, suaminya belum dapat memberikan kepuasan batiniah pada Yanti. Kasihan Yanti, ya..? TAMAT
Sedarah Daging
Sedarah Daging
Sedarah daging ------------------------------
Sedarah daging ------------------------------ ------------------------------ --------------------
kisah menarik antara abang dan adik kandung yang saling mencintai. Si
abang bernama Daud 16 tahun dan adiknya bernama Siti, 14 tahun. Setelah
kelaihran Siti, ibunya harus menjalani oerasi, karean terdapat kelainan
kandungan. Hingga ibunya tak bisa melahirkan lagi, dan ayah mereka
"terpaksa" menikah lagi. Hubungan
istri tua dan muda, sangat akur, karea ibu Daud-lah yang mencarikan
istri kedua ayah mereka dan masih ada hubungan saudara. Ayah Daud
bekerja sebagai pedagang buah cokelat. Dia mengambilnya dari petani di
desa-desa, kemudian dikeringkan (dijemur) lalu coklat yang sudah kering
itu dia jual ke kota, terkadang bahkan dia sampai ke luar pulau. Daud
kos di sebuah kota untuk melanjutkan SLTA-nya. Untuk menghemat, terpaksa
Siti adik Daud ikut kos pula di kota itu. Ayah Daud memang telah
membeli rumah di kota itu dan dikontrakkan kepad saudara juga. Sedangkan
di sisi rumah, katakanlah semacam pavilyun ditempat oleh Daud dan Siti.
Pagi-pagi sekali Siti sudah bangun menyiapkan sarapan buat mereka
berdua. Sepulang sekolah, mereka bersma mencuci pakaian dan membersihkan
rumah. Kedua abang beradik ini sangat kompak dan selalu saja akur.
Pengontrak rumah mereka pun iri melihat mereka. Terdengar kata-kata dari
sebelah, agar tiga anak-anak mereka bis ameniru kelakuan Daud dan Siti
yang kompak dan saling menyayangi. Walau kamar mereka berdampingan, Siti
selalu saja datang ke kamar abangnya minta diajarilah, tolong ini dan
itu serta sebagainya. Seusai makan malam, tiba-tiba hujan turun dengan
lebatnya. Tiba-tiba pula halilintar datang mengemuruh memekakkan
telinga. Tiba-tiba listrik mati. Dalam hujan lebat itu, Siti memeluk
abangnya dengan rasa takut. Daud memeluk adiknya yang dia sayangi itu
dan menenangkannya. Dengan meraba-raba, mereka mencari lilin. Lilin
dipasang di atas piring kaca dan diletakkan di atas meja. Ketika Daud
mau keluar kamar menginci pintu, Siti tak mau ditinggal. Dia tetap ikut
dan memeluk Daud. Setelah semua pintu terkunci, Siti memeluk Daud dari
belakang dan Daud menggendong adiknya itu, membawanya ke kamar. Siti
menolak tidur di kamarnya sendirian. "Takut, Bang," katanya. "Aku tidur
bersama abang saja di kamar abang," katanya. Daud tak sampai hati
melihat adiknya ketakutan. Dia gendong adiknya ke kamarnya. Sesampainya
di kamar, Daud mengunci kamar, lalau membaringkan adiknya di atas tempat
tidurnya. Tempat tidur Daud memang lima kaki besarnya. Jika ayahnya
datang ke kota membawa daganganya, Daud selalu tdiur bersama ayahnya di
kamar itu. Jika ibunya yang datang, Daud harus mengungsi ke kamar Siti
dan Siti bersama ibunyalah yang tidur di kamar Daud. Sudah kebiasaan
mereka berdua pula, jika tidur harus mengganti pakaian dengan piyama
tidur. Siti tidur dekat dinding dan Daud di tepi tempat tidur yang tanpa
dibatasi dinding. "Sudah Bang, tidurlah. Tak usah belajar dulu," kata
Siti kepada Daud. Daud mengiyakan, karena cahaya lilin kecil itu bisa
merusak mata dan dia tidur di sisi adiknya. Siti merasa tenang
didampingi oleh abangnya. Sekali lagi suara halilintar menggema. Saat
itu Siti kembali memeluk abangnya kuat-kuat. Angin begitu kencang,
hingga lilin tertiup angin dan mati. Kamar menjadi gelap gulita, bahkan
seantero ruangan. "Bang, Siti takuuuut," katanya dengan manja kepad
abangnya. Daud membalas pelukan adiknya untuk menenangkan adiknya.
Mereka berpelukan ditutupi selimut. Siti merasa tenanag diperlakukan
demikian oleh Daud. Tanagn kiti Daud berada di leher Siti merangkul
tubuh Siti. Tangan kanan Daud memeluk pinggang Siti. Sebaliknya tangan
kiri Siti memeluk pingang Daud erat-erat. MUlanya mereka tidak sadar,
kalau dada mereka sudah menempel. Lama kelamaan, Daud merasakan dada
adiknya begitu empuk. Dielus-elusnya punggung adiknya itu dengan lembut.
Daud merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ada rasa hangat
mengalir dari dalam tubuhnya. Libidonya naik. Penisnya bangkit. Mulanya,
Siti juga tidak merasakan apa-apa. Lama kelamaan, dia merasakan penis
abangnya menyentuh-nyentuh pahanya. Dalam tidur berpelukan itu, kaki
kanan Siti ditindih oleh kaki kanan Daud, yang dijepit oleh kaki kiri
Siti. Kedua kaki Siti menjepit kaki kanan Daud. Terasa sekali bagi Siti
penis Daud menghentak-hentak di pangkal pahanya. Siti amembiarkan saja.
Kini Siti juga darahnya seperti dialiri struum listrik. Ketika Daud
membelai-belai punggung Siti, secara tak sadar, Siti juga membalas
belaian Daud. Siti membelai punggung Daud juga. Mereka saling membelai.
Siti merasakan nafas Daud menghembus di lehernya. Pipi mereka menempel.
Lalu Daud mencium pipi Siti. Siti merasakan kelembutan ciuman Daud di
pipinya. Kini Siti membalas ciuman Daud. Siti mencium leher Daud yang
masih terasa aroma sabun lux-nya. Daud semakin libido. Daud mengarahkan
bibirnya ke bibir Siti dan melumatnya perlahan-lahan. Lembut sekali
bibir mungil itu. Eh...Siti membalasnya. Kini mereka sudah saling
melumat bibir. Saat Daud memeluk Siti lebih erat, Siti membalas lebih
erat lagi. Daud memasukkan tangannya ke sela-sela baju Siti dan
melepaskan pengkait BH Siti. Kini tali Beha itu sudah terlepas. Perlahan
tangan Daud menjalar ke susu Siti. Dielusnya susu Siti, lalu tangannya
mencari puting susu Siti, semuanya regfleks saja. Kini Nafas Siti yang
sudah mulai memburu. Daud terus menciumi Siti dari bibir dan kini berada
di leher, sembari tangan Daud terus melepas kancing baju piyama Siti
satu-persatu. Kini semua kancing baju piyama itu sudah terlepas. Daud
menurunkan jilatannya dari leher ke puting susu Siti. Siti memegang
kepala Daud dan menekan-nekan kepala Daud di puting susunya. SEdang
tangannya yang satu lagi, menggerayangi tubuh Daud. Daud juga tak
tinggal diam dan melepaskan baju Siti dan BH. Kini Siti sudah tak
memakai baju dan BH lagi, walau mereka masih berada dalam selimut. Daud
juga melepas baju piyamanya, sekalian melepas celana piyama dan
kolornya. Daud sudah bertelanjang bulat. Mulutnya masih terus menerus
menjilati dan mengisap-isap puting susu Siti. Sebelah tangannya meraba
susu yang lain dan sebelah tangan Daud meraba ke sela-sela celana
piyama. Daud merasakan ada rambut-rambut halus pagina Siti. Siti semakin
tak mampu mengatur nafasnya. Dia mendesah-desah. Jari tengah Daud mulai
mengelus-elus di antara kedua bibir pagina Siti yang sudah basah dan
licin. Siti mengangkat pantatnya, tatkala Daud memeloroti celana piyana
dan kolor Siti. Kini kduanya sudah telanjang bulat, walau lagi-lagi
masih berada di bawah selimut. HUjan di luar semakin deras dan suara
halilintar sesekali terdengar dengan dahsyat. Jari tengan Daud, terus
mengelus dan mengelus sela-sela bibir pagina Siti. Bibir mereka masih
terus saling memagut. Tangan Siti tak mau ketinggalan mengelus-elus
penis Daud. "Ah...enak sekali. Teruskan mengocoknya, kata Daud. Siti
terus mengocok penis Daud dan pagina Siti terus dieleus-elus dengan
cepat pula oleh Daud. "Ahhhhh....." Daud menggumam dan memeluk Siti
dengan lebih erat lagi sembari menekan kuat-kuat penisnya ke paha Siti.
Lahar panas terlepas dari penis Daud, tumpah di atas paha Siti. Daud
menghentikan elusannya pada pagina Siti. Siti justru memeluk Daud lebih
erat dan seperti tak mau melepaskannya. Siti naik ke tubuh Daud. Bibir
paginanya berada tepat pada paha Daud. Di jepitnya paha Daud kuat-kuat
dan digesek-gesekkannya klitorisnya pada paha Daud. Nafasnya
terengah-engah. Gesekannya semakin cepat dan cepat, lalu jepitannya
semakin kuat. Siti mendesah panjang. Lalu dia lemas. Siti sudah pula
orgasme. Siti nafasnya memburu dengan cepat. Sampai akhirnya mereka
tertidur. Suara ayam berkokok pagi itu, membangunkan Siti. Dengan cepat
dia bangan. Dia melihat tubuhnya telanjag bulat, sama dengan abangnya
Daud. Dia ambil piyamanya dan dia berlari ke dapur setelah memakai
pakaiannya, menunaikan tugasnya menhyiapkan sarapat. Setelah hidangan
tersedia, dia bangunkan abangnya Daud. Saat Daud menggeliat terbangun,
Siti langsung meninggalkannya. Daud mengetahui dirinya telanjang bulat.
Dengan cepat dia pakaian dan pergi ke kamar mandi. Mereka sarapan pagi
berdua dengan diam. Masing-masing mereka merasa malu. Ketika pergi ke
sekolah, di atas sepeda motor, mereka juga masih dalam keadaan diam.
Baik Daud dan Siti tidak konsentrasi, ketika belajar di sekolah.
Sampai-sampai gurunya menegur, kenapa Daud termenung. Hal sama juga
terjadi pada diri Siti. Mereak memang satu sekolah. SMP dan SMU di bawah
satu naungan yayasan. Begitu lonceng sekolah berbunyi pertanda semua
pelajaran untuk hari itu usai, Daud seperti biasa langsung ke tempaty
sepeda motornya yang terparkir. Dan biasanya adiknya Siti sudah menunggu
di sana atau sebaliknya Daud yang menunggu adiknya. Mereka pulang
berboncengan. yang satu berseragam putih-biru dan Daud berseragam
putih-abu-abu. Mereka seperti biasa, sempat membeli seikat sayur dan
tiga ekor ikan, untuk lauk mereka makan siang dan makan malam. Untuk
sarapan, mereka biasa makan roti atau makanan lainnya dan jajan di
kantrin sekolah. Berdua mereka memasak di dapur dan bersama
menghidangkan makanan. Lalu berdua pula mereka mencuci piring bekas
periuk dan kuali serta piring da sebagainya di kamar mandi. Ketkka mata
mereka beradu, Daud sengaja memberikan senyum kepada adiknya adar
suasana tidak kaku. Tapi Siti malah tertunduk. Daud mencari akal,
bagaimana mencairkan suasana agar tidak kaku. Ketika Siti membawa cucian
ke rak piring, saat itu, Daud datang dan memeluk adiknya dari belakang.
Siti diam saja dan meneruskan menyusun piring pada rak piring. "Kamu
marah, Ti?" "TIdak. Tapi tadi malam kok kita bisa tidur telanjang
berdua, ya" tanya Siti yang jawabnya dia sendiri tentunya sudah tau.
"Sudah tak usah dipikirkan. Yang penting, tak seorang yang boleh tau,"
kata Daud. "Betul? Abang tidak cerita pada siapa-siapa kan?" kata Siti.
"Sumpah. Aku tidak akan cerita," jawab Daud. DIablikkannya tubuh Siti,
hingga mereka sudah saling berhadapan. Dipeluknya tubuh adiknya itu dan
diciumnya kening Siti. Siti membalas pelukan Daud. Suasana, kini sudah
mencair. Daud bahagia sekali. Rupanya, Siti takut, kalau-kalau Daud akan
bercerita atas kejaidan tadi malam. Seusai belajar di kamar Daud
(karean di kamar itu ada komputer dan meja belajarnya juga besar),
mereka menyusun buku-buku ubntuk besok. "Kamu tidur di kamarku lagi,
ya," kata Daud. Siti tak menjawab. Dikembalikannya buku dan tasnya ke
kamarnya. Daud merebah diri dikasurnya. Beberap amenit kemudian,
terdengar suara pintu terbuka dan Siti muncul, lalu menutup pintu dan
menguncinya. Siti merebahkjan diri di samping Daud. Daud langsung
memeluk Siti dan mencium bibirnya. Mereka sudah saling melumat, memeluk
dan mengelus. Daud menghentikannya sejenak. Dia berdiri dan membuka
semua pakaiannya. Setelah dia telanjang di kamar yang lampunya tidak
dimatikan, Siti melihat jelas tubuh Daud yang telanjang. Daud mendekati
Siti lalu membuka pakaian Siti satu-persatu. Siti tidak menolak, tapi
dia tertunduk malu. Setelah semuanya terlepas dari tubuh mereka, Daud
kembali memeluk Siti. Dijilatinya susu Siti bergantian. Dielusinya
pagina yang ditumbuhi bulu masih beberapa lembar itu. Keduanya sudah
berada pada alam bawah sadar. Sep3erti yang pernah ditonton Daud pada
BF, dia praktekkan kepad adiknya Siti. Daud menjilati pagina Siti
setelah mengangkangkan kedua paha itu lebar-lebar. Siti menggelinjang.
"Baaaannggg...apa enggak jijik njilati memek Siti?"
"Ohhh...baaaanggg...enaaaakkkk "
Siti berbisik. Daud amembalikkan tubuhnya. Kini penisnya berada di
wajah siti. Dimintanya Siti menjilati dan mengulum penisnya sedang dia
sendiri terus menjilati pagina Siti. Daud kembali membalikkan tubuhnya.
Dia sudah berada di antar kedua paha SIti. Diarahkannya penisnya ke
lubang pagina Siti. Perlahan-lahan dia dorong penis itu menusuk liang
pagina Siti. "Aduuuhhh...pelan Bang..." Daud menahan sejenak tusukannya.
Kemudian dia lanjutkan lagi. Berulang-ulang hal itu dilakukannya, hinga
kini semua penisnya sudah hilang tertelan pagina Siti. Daud
memaju-mundurkan penisnya di dala liang pagina Siti. Makn lama makin
cepat. Keduanya saling memeluk erat dan erat. Keduanya saling mendesah
dan mendesah. Kedaunya orgasme dan merasa nimmat. Sejak saat itu, mereka
terus menerus melakukan senggama dengan berbagai gaya.
Subscribe to:
Posts (Atom)